Hari ini adalah hari ke-3 aku di Bojonegoro. Kedatanganku di Bojonegoro bukan tanpa sebab. Beberapa waktu yang lalu, aku diterima menjadi City Representative Qlapa.com untuk daerah Malang. Dan aku berpartisipasi dalam pameran Qlapa.com di agenda JCF (Jonegoroan Creative Fair) 2017 Bojonegoro mulai tanggal 21-23 Oktober 2017. Dan sejak hari Jum'at tanggal 20, aku sudah tiba di Bojonegoro untuk membantu rekan Qlapa.com yang ternyata juga seniorku saat di FDI (Forum Diskusi Ilmiah) UMM yaitu Mbak Noor Sukmo Ayu Lestari atau Mbak Ayu. Well, kami menyiapkan booth pameran mulai dari angkat-angkat sampai bolak-balik ganti desain booth. Akan kulanjutkan di lain tulisan.
Bojonegoro, merupakan daerah yang seumur hidup rasanya belum pernah aku tinggal atau sekedar menginap, namun hanya sekedar lewat karena tempat tujuanku sekeluarga selalu di Tuban serta jarang sekali untuk lewat Bojonegoro. Daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah ini memiliki suhu tinggi hingga lumrah jika orang-orang di sini merasakan gerah tak tertahankan khususnya siang hari.
Bojonegoro dipotong oleh Sungai Bengawan Solo yang sangat lebar hingga banyak sekali jalur-jalur penghubung antara daratan satu dengan daratan lain yang terpisah sungai, bahkan saat ini sedang dilakukan pembangunan jembatan baru yang bisa dibilang gede banget.
Orang-orang Bojonegoro sangat ramah dan baik. Mereka hobi ngopi di warung kopi, ngopi dalam arti sesungguhnya, minum kopi, dan di warung kopi. Mereka juga sangat antusias dengan obrolan-obrolan terkait perkembangan Bojonegoro.
Berbicara soal pengembangan Bojonegoro, keterbatasan pengetahuanku masih mengetahui jika Bojonegoro ini Kabupaten sehingga kepala daerahnya adalah Bupati. Bupati Bojonegoro adalah orang yang asyik meskipun belum pernah ngobrol langsung dengan beliau. Beliau orang yang santai namun kocak dan selalu memberikan surprise kepada kawan-kawan yang lain. Surprise dalam artian kejutan saat agenda kerja pemerintah. Beliau suka tiba-tiba nongol. Tujuannya mungkin baik karena ingin melihat apakah yang dikerjakan sudah maksimal atau belum.
Tulisan ini bukan sedang membaguskan seseorang, dan aku juga bukan mau promosi Bojonegoro, tapi aku hanya sedikit cerita dan berbagi pandangan serta opini remehku terkait Bojonegoro.
Panasnya Bojonegoro, yang bahkan pernah sampai 40 derajat celcius, memang berimplikasi pada tubuh. Implikasi yang remeh sih seperti berkeringat banyak, sering gerah, sering haus, air dingin jadi tak berasa, bahkan saat mandi pun, air rasanya seperi hanya lewat saja. Tapi, memang kalau untuk istirahat, nyaman! kecuali beberapa hal yang aan kuceritakan di tulisan lain terkait Bojonegoro juga.
Bagiku, Bojonegoro memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan seperti industri-industri kreatifnya. Hal yang jarang ada di tempat lainnya seperti BUMDes (Badan usaha Milik Desa), juga ada di sini. Bumdes yang mengerahkan warganya untuk berkarya dan meningkatkan ekonomi secara bersama, benar-benar membuat gebrakan banyak bahkan berkembang menjadi wisata edukasi untuk anak-anak. Pokoknya banyak sekali potensi yang perlu dikembangkan untuk lebih baik lagi bahkan lebih luas.
Potensi-potensi positif di Bojonegoro harus dimaksimalkan agar Bojonegoro juga bisa mencetak prestasi banyak dan Bojonegoro semakin maju. Maju di sini bukan hanya soal ekonomi. Kalau soal ekonomi sih... sabi lah ya tapi bagiku sih maju ini dalam hal pemaksimalan dalam memanfaatkan Sumber Daya Manusianya. Artinya, kalau Manajemen Sumber Daya Masyarakatnya bagus, maka karya-karya bahkan termasuk ekonomi juga ikut melesat. Maka, saran aja sih.. buat pemerintah untuk memantau dan memanage SDM di Bojonegoro agar terwadahi dan meningkat drastis prestasinya. Mungkin pemaksimalan ini butuh biaya banyak, tapi demi kemajuan Bojonegoro, kenapa tidak? :D
Bojonegoro, merupakan daerah yang seumur hidup rasanya belum pernah aku tinggal atau sekedar menginap, namun hanya sekedar lewat karena tempat tujuanku sekeluarga selalu di Tuban serta jarang sekali untuk lewat Bojonegoro. Daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah ini memiliki suhu tinggi hingga lumrah jika orang-orang di sini merasakan gerah tak tertahankan khususnya siang hari.
Bojonegoro dipotong oleh Sungai Bengawan Solo yang sangat lebar hingga banyak sekali jalur-jalur penghubung antara daratan satu dengan daratan lain yang terpisah sungai, bahkan saat ini sedang dilakukan pembangunan jembatan baru yang bisa dibilang gede banget.
Orang-orang Bojonegoro sangat ramah dan baik. Mereka hobi ngopi di warung kopi, ngopi dalam arti sesungguhnya, minum kopi, dan di warung kopi. Mereka juga sangat antusias dengan obrolan-obrolan terkait perkembangan Bojonegoro.
Berbicara soal pengembangan Bojonegoro, keterbatasan pengetahuanku masih mengetahui jika Bojonegoro ini Kabupaten sehingga kepala daerahnya adalah Bupati. Bupati Bojonegoro adalah orang yang asyik meskipun belum pernah ngobrol langsung dengan beliau. Beliau orang yang santai namun kocak dan selalu memberikan surprise kepada kawan-kawan yang lain. Surprise dalam artian kejutan saat agenda kerja pemerintah. Beliau suka tiba-tiba nongol. Tujuannya mungkin baik karena ingin melihat apakah yang dikerjakan sudah maksimal atau belum.
Tulisan ini bukan sedang membaguskan seseorang, dan aku juga bukan mau promosi Bojonegoro, tapi aku hanya sedikit cerita dan berbagi pandangan serta opini remehku terkait Bojonegoro.
Panasnya Bojonegoro, yang bahkan pernah sampai 40 derajat celcius, memang berimplikasi pada tubuh. Implikasi yang remeh sih seperti berkeringat banyak, sering gerah, sering haus, air dingin jadi tak berasa, bahkan saat mandi pun, air rasanya seperi hanya lewat saja. Tapi, memang kalau untuk istirahat, nyaman! kecuali beberapa hal yang aan kuceritakan di tulisan lain terkait Bojonegoro juga.
Bagiku, Bojonegoro memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan seperti industri-industri kreatifnya. Hal yang jarang ada di tempat lainnya seperti BUMDes (Badan usaha Milik Desa), juga ada di sini. Bumdes yang mengerahkan warganya untuk berkarya dan meningkatkan ekonomi secara bersama, benar-benar membuat gebrakan banyak bahkan berkembang menjadi wisata edukasi untuk anak-anak. Pokoknya banyak sekali potensi yang perlu dikembangkan untuk lebih baik lagi bahkan lebih luas.
Potensi-potensi positif di Bojonegoro harus dimaksimalkan agar Bojonegoro juga bisa mencetak prestasi banyak dan Bojonegoro semakin maju. Maju di sini bukan hanya soal ekonomi. Kalau soal ekonomi sih... sabi lah ya tapi bagiku sih maju ini dalam hal pemaksimalan dalam memanfaatkan Sumber Daya Manusianya. Artinya, kalau Manajemen Sumber Daya Masyarakatnya bagus, maka karya-karya bahkan termasuk ekonomi juga ikut melesat. Maka, saran aja sih.. buat pemerintah untuk memantau dan memanage SDM di Bojonegoro agar terwadahi dan meningkat drastis prestasinya. Mungkin pemaksimalan ini butuh biaya banyak, tapi demi kemajuan Bojonegoro, kenapa tidak? :D
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)