Foto bersama para pemateri, dekanat dan beberapa dosen FISIP. Aku nggak ikut. |
Sebagai dosen baru yang masih anak bawang banget, apalagi masih lulusan S-1, aku merasa sangat terkesan karena sebagian materi-materi yang kudapatkan adalah hal baru dan sebagian lain adalah jawaban atas keresahan-keresahanku selama mengikuti perkuliahan di bangku S-1. Aku merasa bahwa kedepannya ketika aku mengajar, aku sudah ada bekal untuk merumuskan kurikulum yang baik, proporsional, nggak marah-marah aja isinya, dan berarti bagi mahasiswa. Pematerinya adalah Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UMM yang merupakan asesor BAN-PT dan juga salah satu perintis kejayaan UMM), Bapak Dr. J. Endrotomo, M.Ars (Dosen Arsitektur ITS sekaligus Tim Pengembang Kurikulum Pendidikan DIKTI) dan Pak Galih Wasis Wicaksono, M.Cs (Dosen Informatika UMM yang menjadi salah satu pioneer program "Lective" untuk mempermudah perumusan RPS). Keren, kan?
Pak Endrotomo sedang menyampaikan materi |
Bagian yang paling menjawab keresahanku adalah mengenai metode pembelajaran. Mungkin selama ini yang dilakukan adalah dosen banyak memberikan nilai di UTS dan UAS, sehingga mahasiswa nilainya jelek meskipun tugas dan kehadirannya itu bagus. Hal ini kan sama aja dengan menilai di hasil aja, prosesnya nggak. Kasihan kan mahasiswanya? Lalu gimana dengan mahasiswa yang kehadirannya super parah, tugas jarang ngumpulin, lalu UTS dan UAS nya nyontek plus nggak ketahuan. Alhasil dia bisa dapet nilai A karena UTS dan UAS nya emang bagus, dan sistem penilaiannya emang dibikin gede di UAS dan UTS. Kurang adil kan? Sehingga di materi yang kudapatkan kemarin, esensinya adalah membuat strategi serta perencanaan pembelajaran yang sifatnya student center learning yang isinya adalah membuat mahasiswa semakin aktif, agar penilaiannya secara nggak langsung ya di keaktifan mahasiswa dalam berproses itu. Nggak hanya di ujian.
Lokakarya yang diawali dengan permasalahan perumusan kurikulum yang menyesuaikan akreditasi ini bener-bener membuka konstruk mengajar yang menggunakan metode lama. Mungkin seharusnya nggak hanya perwakilan dosen dan kaprodi sekprodi aja yang dateng ya, tapi seluruh dosen, biar pada paham bagaimana perkembangan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia samapi saat ini. Yang bikin aku semakin apresiasi adalah materi tentang aplikasi Lective. Lective merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh dosen Informatika UMM untuk memudahkan dosen-dosen dalam mengembangkan dan merumuskan kurikulum serta RPS nya. Tentu tujuannya untuk melahirkan konsep pendidikan yang lebih bermutu, berisi, dan student center learning. The best dah! Sayangnya aku masih alumni S-1 dan belum punya NIDN. Jadi, belum bisa ngajar, belum bisa bikin akun Lective dan belum bisa laen laen dah!!!! Pengen segera berangkat S-2 di luar negeri rasanya! Mohon doanya ya!
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)