IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Fase Hidup yang Cukup Berat

 

Salah satu momen menulis secara freelance demi cuan

Mata saya masih menatap layar laptop. Project-project website mengantre untuk harus segera diselesaikan. Meskipun tidak banyak, tapi cukup berat karena ada salah satu pekerjaan yang mengharuskan saya untuk merangkai website secara detail dan menyusun dari awal. Sudah setahun sejak Juni 2024, saya menggeluti usaha jasa pembuatan website demi memenuhi 2 hal: kemampuan untuk mendapatkan apa yang keluarga kecil saya butuhkan karena segalanya perlu uang, serta keinginan untuk mampu menafkahi keluarga sebagai seorang suami. Walaupun begitu, tetap saja usaha website ini belum sepenuhnya mampu menyokong dua hal tersebut. Tetap saja kami masih dibantu oleh orang tua. 

Sejujurnya, dengan kondisi ekonomi seperti ini, saya sendiri merasa malu. Malu pada istri, orang tua, juga adik-adik. Pada keluarga, teman-teman dan kolega lain mungkin ada malunya, tapi sebagian diri saya mengatakan bahwa malu kepada mereka adalah hal yang tidak relevan, karena belum tentu mereka berkontribusi penting dalam kelangsungan hidup. Sedangkan orang tua, istri serta adik-adik adalah mereka yang selalu ada buat saya, bahkan untuk kelangsungan hidup yang tak menentu ini. Sehingga wajar jika saya malu pada mereka yang selalu mendukung, tapi saya tak kunjung mengalami perkembangan signifikan. Sedang untuk saudara-saudara lainnya, teman, sahabat dan kolega, saya tak merasa bertanggung jawab kecuali jika berkaitan dengan pekerjaan serta kelangsungan hidup mereka.

Ini adalah fase hidup yang berat. Saya terjebak dalam ketidakjelasan serta ketakutan-ketakutan. Studi yang tak kunjung selesai (meskipun saat ini sudah hampir garis akhir, menunggu jadwal ujian thesis), karir yang tersendat di kampus tempat seharusnya saya mulai aktif bekerja sejak beberapa tahun lalu, perkembangan diri yang tak jelas arahnya, membuat saya sering merasa gelisah khususnya di malam hari. Wajar jika saat ini saya belum mau untuk tidur meskipun sudah sangat mengantuk. Bukan karena insomnia (kadang begitu), tapi lebih ke khawatir saya tidak bisa menghadapi esok pagi dengan bekal cukup, khususnya kesempatan untuk memegang uang guna bertahan hidup. 

Usaha mendapatkan sumber ekonomi ini bukan hanya pada jasa pembuatan website Arraki Web, tapi juga menggarap pekerjaan-pekerjaan freelance lainnya seperti project menulis artikel-artikel untuk Traveloka, cetakan-cetakan jurnal, jadi editor jurnal, atau kerjaan tulisan lain yang tidak sederas itu datangnya. Kerjaan website pun datangnya hanya paling tidak 2 bulan sekali. Sekalinya dapat, untungnya tidak sempat dipakai untuk menabung atau untuk mendukung perencanaan dana darurat karena selalu harus terpakai untuk kebutuhan berumah tangga atau yang mendadak. Bantuan dari orang tua sebetulnya tidak saya anggarkan untuk secukup itu agar saya bisa menjadi suami yang berdaya untuk keluarga kecil ini. Jadi, wajar jika di awal bulan saya mendapat bantuan orang tua, di pertengahan bulan sudah mulai menipiskan pengeluaran-pengeluaran dengan agak ketat. Sebetulnya, saat aktif menjadi dosen nanti, mungkin kondisinya juga sama seperti ini karena penghasilan dosen kira-kira juga membuat harus berhemat. 

Bagi saya sih, seharusnya dari sekarang bisa memulai membuka pintu-pintu rezeki dengan membangun usaha ini dan itu. Tapi ternyata tantangannya cukup besar. Apalagi saya sering takut salah. Untuk memulai promosi saja sudah takut. 

Kebutuhan ekonomi ini sebetulnya bukan hanya soal untuk pemenuhan dukungan kehidupan rumah tangga, tapi yang membuat gelisah juga adalah kebutuhan pelunasan pembayaran studi. Sebagian biaya studi mungkin sudah tuntas, namun ada beberapa hal lain yang belum selesai dan cukup menyita pikiran karena jumlahnya yang sangat besar juga. Mana mungkin saya merepotkan orang tua lagi untuk pemenuhan biaya-biaya ini. Makanya sampai detik ini, saya masih berusaha mengerjakan kerjaan-kerjaan berat yang banyak, biar saya sendiri yang kerjakan, biar saya juga dapat banyak untungnya. Namun, hingga detik ini, masih saja belum kesampaian.

Saat ini, sebagian dalam diri saya juga berpikir bahwa seandainya hal-hal yang bikin saya menggantung, seperti urusan studi, bisa segera selesai, maka hal-hal lain juga akan selesai juga. Tapi kan tidak baik jika terus terkurung dalam penyesalan, terjebak dalam berandai-andai, dan hanya diam saja. Setidaknya, walaupun lelah, saya tetap usahakan apa yang bisa saya usahakan. Mungkin esok saya harus mulai berani bertindak, tidak takut promosi, agar pintu-pintu rezeki bisa semakin terbuka, saya juga segera dimampukan untuk melunasi semua pembiayaan-pembiayaan tersebut agar kelulusan studi master saya bisa dapat dipastikan terjadi di tahun ini. Aamiin.

Komentar